Di satu hari libur, bunda menjanjikan kepada ketiga putranya untuk menonton film anak anak di layar bioskop. Tentu saja ini sangat istimewa bagi anak-anakyang jarang bisa berkumpul dengan ayah bundanya, apalagi pergi menonton yang belum tentu mereka lakukan walaupun hanya setahun sekali.
Namun di saat semua sibuk bersiap-siap, datang kabar bahwa rombongan teman-teman bunda dari luar kota hendak datang bertamu.Tak ada kemungkinan lain bagi bunda kecuali harus menunda rencana pergi menonton. Bisa dibayangkan betapa kecewanya anak-anak. Maka bunda pun mempersiapkan skenario untuk mengantisipasinya.
1. Menanamkan alasan pengorbanan
Terlebih dahulu, bunda memastikan bahwa anak-anak berada dalam situasi santai yang menyenangkan, ketika akhirnya dengan suara tenang berbicara, 'Anak-anak siapa yang mau dapat pahala berlipat....?" Setelah anak- anak mendengarkan dengan penuh semanga! bunda meneruskan,"Kita akan mendapat rejeki sekaligus pahala, tetapi harus melewati tahap kesabaran. Sebab, kita akan kedatangan tamu, yang jika kita jamu sebaik mungkin akan diberi ganjaran surga.Tetapi sepertinya terpaksa kita harus menunda rencana kita menonton..."
Sudah pasti dengan segera protes anak-anak berhamburan, dan dengan tenang bunda memberi pemahaman,"Dengar dulu, menghormati dan menghargai orang lain seringkali menyusahkan dan merugikan diri kita sendiri, tetapi tetap harus kita lakukan dengan ikhlas, karena satu waktu kita pun membutuhkan pertolongan dan pengorbanan orang lain pula. Dan siapa yang suka berkorban untuk orang lain, pasti nantinya akan banyak orang yang mau berkorban untuk dirinya..."
2. Bersabar menghadapi penolakan anak
Bukannya tak mungkin, anak- anak memberikan reaksi penolakan yang berlebihan dan emosional. Tetapi, jika ayahbunda meresponnya kembali dengan emosional pula, bahkan akan semakin memperumit masalah.Yang terbaik adalah saat ayahbunda berhasil tetap bersabar dan tenang menghadapi reaksi emosional anak, mau memahami bahwa persepsi anak yang masih dangkal dan dikuasai egosentrisme masih sulit untuk melakukan pengorbanan dan perlu waktu untuk belajar melakukannya.
3. Memotivasi dengan memberikan eontoh teladan
Karena pendidikan terbaik adalah melalui keteladanan, maka bunda pun memberikan contoh bagaimana belajar ikhlas untuk tidak jadi pergi menonton, kemudian mau bersusah payah pergi ke swalayan untuk membeli kue-kue yang layak
untuk dihidangkan, bahkan membeli buah strawberry segar untuk dibuat juice. Anak-anak melihat dengan mata kepalanya sendiri, bagaimana bundanya bekerja keras menyambut tamu dan mengenyampingkan keinginannya sendiri.
4. Memberikan alternatif kegembiraan lain
Pahami beratnya perjuangan anak menahan keinginannya dan belajar berkorban, karena di usianya itu, mereka masih harus melawan egosentrismenya. Maka, ringankanlah usahanya tersebut dengan memberikan alternatif kegembiraan sebagai pengganti kegembiraan mereka yang hilang.
Bunda pun memahami kesedihan anak-anak yang gagal pergi menonton bioskop bersama, dan sengaja membeli strawberry dalam jumlah banyak, lantas bergembira bersama anak-anak membuat juice , hingga di sore harinya mereka pun berpesta juice strawberry sambil bercanda.
5. Mengajak menikmati rasa kebahagiaan
Penting sekali untuk mengajak anak merasakan nikmatnya perasaan setelah berhasil membahagiakan orang lain.Tentu saja ayahbunda yang memberikan contoh terlebih dahulu dengan menunjukkan rasa bahagianya. Buatlah mereka bangga dengan pengorbanan yang telah mereka lakukan, walau tak ada orang yang memujinya, yakinkan bahwa Allah SWT pasti melihat dan mencatatnya dengan tinta emas.*
0 komentar:
Posting Komentar